Minggu, 13 November 2016

Haruskah Perempuan Berkarier ?

 

Hus, Siapa bilang harus ?!
Tak ada kewajiban atau keharusan seorang perempuan berkarier, apalagi memenuhi kebutuhan keluarga. Dalam budaya timur, laki-lakilah yang wajib mencari nafkah dan menghidupi keluarganya. Sedangkan perempuan tidak. Itulah sebabnya, ibu, emak, nenek, mbah atau buyut perempuan kita, sebagian besar adalah ibu rumah tangga. Bukan wanita karier. Iya kan ?

Tapi, sekarang makin banyak perempuan berkarier? Mungkin Anda mengatakan, "Saya pun ingin berkarier. Bosan diam terus di rumah dan hanya mengurusi anak-anak atau dapur." Benar, tidak ada yang salah, bahwa kebiasaan perempuan mengurus dapur, kasur dan sumur sangat membosankan.

Hasil observasi sederhana saja menunjukkan bahwa kegiatan itu memang membuat jenuh. Perempuan harus pandai-pandai mencari cara agar hidupnya tidak membosankan.

Sebenarnya, saya sangat mendorong perempuan untuk menjadi mampu dan berdaya. Mampu dalam segala hal. Bukan hanya berkarier, karena karier hanya salah satu jalan saja dari tanda kemampuan dan keberdayaan. Perempuan Indonesia harus dan wajib memiliki kemampuan untuk survive serta mandiri. Bisa bertahan menghadapi tekanan hidup, pada saat-saat yang sangat sulit sekalipun.

Contoh, Ibu Y memiliki suami seorang karyawan mapan di BUMN, dan memiliki 3 anak. Suatu hari, suaminya meninggal dunia karena sakit. Ibu Y selama ini tidak bekerja dan tidak punya kemampuan apapun. Sebuah hantaman besar buatnya ketika suaminya meninggal.
Dia pusing tujuh keliling memikirkan beban berat mengurus dan membiayai 3 anak. Padahal jika ibu Y sudah berdaya dan mampu sejak awal, hal berat tersebut dapat diatasi dengan lebih mudah.

Itulah pemikiran dasar, kenapa perempuan harus punya skill, keterampilan dan sejenisnya, agar tetap eksis dalam persaingan yang kian tajam. Tidak selamanya dan tidak seharusnya seorang perempuan hanya bergantung kepada laki-laki. Berbagai hal sudah bisa kita contoh dalam kehidupan sehari-hari. Banyakperempuan yang akhirnya terpaksa hidup sendiri, dan menafkahi anak-anaknya. entah karena perceraian atau akibat ditinggal wafat suaminya.

Oleh karena itu, sejak awal perempuan harus menyiapkan diri, dengan berbagai skill dan keterampilan. Tidak boleh kosong. Tidak boleh lemah. Perempuan harus menunjukkan bahwa dirinya mampu hidup mandiri. Namun, tunjukkan pada saat yang tepat. Bukan dalam kondisi ketika masih ada suami. Salah-salah Anda bisa dianggap sombong atau durhaka kepada suami, hehe.

Kembali ke pertanyaan awal, haruskah perempuan berkarier?
Ah, tampaknya kini Anda sudah bisa menjawabnya ya...

"Kita harus pintar-pintar menyiapkan diri sendiri terhadap hal terburuk sekalipun, tapi pada sisi lain tetap menghormati pasangan kita, sebagai orang yang paling bertanggung jawab terhadap keluarga."



Tidak ada komentar:

Posting Komentar